![]() |
Umbul Tirto Mulyani, Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Kab. Klaten |
Saat dikelola pihak ketiga, 2017, Umbul
Pluneng hanya menyetor pendapatan ke Desa Pluneng Rp 102 juta. Di tangan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Sejahtera, 2018, umbul berumur ratusan tahun
itu mampu menyumbang Rp 344,9 juta ke desa dan menghidupi 24 karyawan tetap
dengan gaji hampir setara Upah Minimum Kabupaten (UMK).
“Sistem
manajemen yang baik adalah kuncinya,” kata Direktur Utama BUMDes Tirta
Sejahtera Agus Hariyanto saat ditemui di kantornya di Desa Pluneng, Kecamatan
Kebonarum, Kabupaten Klaten, pada Kamis, 27 Desember 2018.
Sudah lama
Pluneng dikenal sebagai desa wisata karena memiliki dua sumber air alami yang
luar biasa, yaitu Umbul Pluneng (Tirto Mulyono) dan Umbul Tirto Mulyani. Namun,
BUMDes Tirta Sejahtera baru didirikan pada 2015. Meski terbilang terlambat jika
dibandingkan dengan sejumlah BUMDes lain di Klaten, BUMDes Tirta Sejahtera
memilih tidak tergesa dalam merintis berbagai unit usaha.
“Prioritas
kami mengembalikan Umbul Pluneng dan Tirto Mulyani dulu agar menjadi aset desa
yang bermanfaat bagi banyak warga,” kata Agus. Sebab, kedua umbul yang tak
pernah sepi dari pengunjung itu awalnya dikelola pihak ketiga dengan sistem
lelang selama hampir 20 tahun.
Proses
pengalihan pengelolaan dua tempat pemandian alami itu berlangsung cukup lama
dan baru mencapai kesepakatan pada medio 2017. Sejak itu, BUMDes Tirta
Sejahtera segera merumuskan sistem manajemen yang profesional dan mulai aktif
bekerja pada 1 Januari 2018.
Manajerial Yang Baik
“Manajemen
yang baik itu ibarat pondasi. Kalau manajerialnya tidak baik, meski omzetnya
tinggi, tidak banyak warga yang turut merasakan dampak positifnya,” kata Agus.
Manajemen yang baik dimulai sejak proses perekrutan karyawan yang berpedoman
pada kompetensi tanpa mengabaikan keterwakilan serta penghargaan terhadap warga
yang berperan aktif.
Perekrutan
karyawan itu melalui tahapan yang terencana, dari analisa pekerjaan, publikasi,
hingga seleksi administrasi dan kompetensi. Hasilnya, pada Oktober 2018, jumlah
personel BUMDes Tirta Sejahtera telah mencapai 51 orang yang terdiri dari 24
karyawan tetap, 14 karyawan kemitraan, 5 THL (tenaga harian lepas), 5 pengurus,
dan 3 pengawas.
Gaji karyawan
tetap rata-rata Rp 1,5 juta atau 95% dari UMK Klaten karena jam kerjanya di
bawah standar, yaitu 6,5 jam per hari. Sedangkan upah THL berkisar Rp 50.000 -
Rp 75.000 per hari, tergantung jumlah jam kerja dan kemampuannya yang
dibutuhkan.
Pada Desember
2017, sebelum mengelola Umbul Pluneng, BUMDes Tirta Sejahtera telah membuat
program keuangan yang mempermudah transaksi dan menyediakan informasi keuangan
yang cepat, transparan, dan akuntabel. “Jadi lebih mudah dalam pengambilan
keputusan,” kata Agus.
Demi mekanisme
kerja yang teratur dan efektif, BUMDes Tirta Sejahtera juga memiliki agenda
rutin dengan intensitas, peserta, dan tujuan yang berbeda-beda, seperti rapat
pengurus harian, rapat koordinasi, rapat sharing
personel, rapat konsultasi, hingga rapat penyampaian pertanggungjawaban.
Meski Umbul
Pluneng sudah tersohor di Klaten dan sekitarnya, BUMDes Tirta Sejahtera tetap
menempuh strategi promosi konvensional maupun digital (aktif di media sosial
dan membuat website). BUMDes Tirta
Sejahtera juga menerapkan strategi pemasaran bersifat sosial dengan
menyelenggarakan kegiatan tahunan Syukuran Banyu dan prosesi pelantikan
perangkat di Umbul Pluneng.
Dalam
mengelola unit-unit usahanya, khususnya di bidang pariwisata, BUMDes Tirta
Sejahtera telah menetapkan standar operasional dan prosedur (SOP). Selain demi
meningkatkan keamanan serta kenyamanan pengunjung, SOP juga dapat meminimalisir
potensi kebocoran pendapatan.
Pengembangan Kawasan
Sejak
pemerintah menggenjot pendirian BUMDes, sejumlah obyek wisata air di Klaten
mulai menggeliat. Klaten kini dikenal sebagai surganya para pecinta wisata air,
khususnya pemandian alami. Di tengah ketatnya persaingan dalam menggaet
wisatawan, inovatif menjadi suatu keniscayaan.
Setelah terbilang sukses dalam mengelola Umbul
Pluneng dan Tirto Mulyani, BUMDes Tirta Sejahtera berencana mengembangkan
kawasan wisatanya. “Kami akan menambah wahana untuk anak di selatan Umbul
Pluneng,” kata Agus. Wahana tambahan yang menempati lahan seluas 3,5 hektare
itu akan dibangun pada Maret - Oktober 2019 dengan anggaran sekitar Rp 5,5
miliar.
Wahana baru itu berupa kolam arus atau sungai
buatan yang berkelak-kelok dan dangkal, sehingga anak-anak dapat menyusurinya
dengan pelampung. Meski berupa kolam buatan, air di wahana tersebut dijamin
tetap jernih dan sejuk karena juga bersumber dari mata air alami.
Dengan tambahan wahana baru untuk anak, kolam utama
di Umbul Pluneng dapat dimaksimalkan untuk renang bagi pengunjung dewasa. Kolam
dengan luas 50 x 12 meter dan berkedalaman 2,5 meter itu selama ini menjadi
tempat latihan favorit bagi sejumlah klub renang profesional dari Klaten.
“Klub renang atlet-atlet profesional itu berlatih
tiap sore,” kata Lulus Susanto, karyawan BUMDes Tirta Sejahtera yang bertugas
di Umbul Pluneng. Harga tiket masuk Umbul Pluneng hanya Rp 5.000 per orang.
Bagi pelanggan yang rutin berenang di Umbul Pluneng, tersedia paket hemat
seharga Rp 80.000 untuk 21 lembar tiket.
Berbeda dengan Umbul Pluneng, Umbul Tirto Mulyani
lebih dikenal sebagai kolam yang mujarab untuk terapi penyembuhan berbagai
penyakit. Cukup membayar tiket seharga Rp 2.000, pengunjung bisa mendapatkan
fasilitas gratis berupa pendampingan dari seorang terapis.
“Bahkan ada dokter dari Kabupaten Sukoharjo yang
rutin terapi di sini, tiga kali dalam sepekan, demi kesehatan syaraf matanya,”
kata Untung Poniran, karyawan BUMDes Tirta Sejahtera yang sudah bertahun-tahun
menjadi terapis sekaligus pelatih renang di Umbul Tirto Mulyani.
Tak Cuma
Kejar Setoran
Selain menggarap Umbul Pluneng dan Tirto Mulyani,
BUMDes Tirta Sejahtera juga mengelola unit usaha perikanan dan pemancingan,
kerajinan dekorasi rumah, dan agen BNI 46. Di tahun perdana kerjanya, 2018,
total omzet BUMDes Tirta Sejahtera mencapai Rp 1,15 miliar.
“Laba bersihnya (setelah dikurangi gaji karyawan
dan biaya operasional) sekitar Rp 490 juta. 70 persen dari laba bersih itu
masuk PADes (Pendapatan Asli Desa),” kata Agus.
Menurut Kepala Desa Pluneng, Wahyudi, keberhasilan
BUMDes tidak hanya diukur dari seberapa besar setoran pendapatannya ke desa. “Tapi
juga dinilai dari seberapa bener
usaha yang dijalankannya, seberapa pener
(tepat) tanggung jawabnya, dan seberapa migunani
(bermanfaat) bagi warga, alam, dan kehidupan di sekitarnya,” kata Wahyudi
saat ditemui di kantornya.
0 komentar