google-site-verification: google81f2ee356101f507.html Enam Tahapan Membuat Film Dokumenter - Buruh Nulis
Open top menu
Jumat, 11 Januari 2019


KLATEN – Sudah lama punya hobi bertualang sekaligus mengabadikan momen-momen berharga di sepanjang perjalanan menggunakan kamera video? Sekaranglah waktunya membuat resolusi untuk tahun depan bahwa kedua hobi yang saling terpaut tersebut musti menelurkan karya yang lebih serius, seperti film dokumenter.

Tidak sedikit film dokumenter karya anak bangsa yang meraih penghargaan di kancah internasional. Sebut saja “Jalanan”, yang mengisahkan tiga musisi jalanan Jakarta, terpilih sebagai film dokumenter terbaik di Busan International Film Festival di Korea pada 2013.

Ada pula “Renita, Renita” karya Tonny Trimarsanto, yang mengisahkan kehidupan transgender asal Donggala di Jakarta, terpilih sebagai Best Short Asia Film di Cinemanila International Film Festival 2007 di Filipina dan Best Film di Culture Unplugged International Film Festival 2009 di India.

Tertantang membuat film dokumenter? Rumah Dokumenter yang beralamat di komplek perumahan Griya Prima Barat 5/19 Belang Wetan, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten, adalah salah satu tempat yang bisa dikunjungi untuk belajar lebih dalam hal ihwal film dokumenter.

Rumah Dokumenter adalah sebutan untuk tempat tinggal Tonny Trimarsanto bersama istri dan tiga anaknya. Di rumah yang memadukan arsitektur Jawa berupa pendopo untuk ruang depan dan gaya modern-minimalis di ruang tengah dan belakang itu, Tonny menggembleng para sineas muda dari berbagai daerah yang berminat menekuni film dokumenter tanpa memungut biaya.

“Biasanya banyak yang ke sini pada awal tahun atau saat musim libur sekolah. Ada juga yang menginap berhari-hari, saya sediakan tempat di ruang studio (lantai atas),” kata Tonny pada Rabu, 20 Desember 2017. Di Rumah Dokumenter, Tonny tidak memberikan materi tentang teknik mengambil gambar yang bisa dipelajari sendiri dari internet.

“Tapi lebih berupa pendampingan kepada para sineas muda dalam menerjemahkan gagasan mereka ke dalam film dokumenter,” kata Tonny yang baru meraih Piala Citra kategori film dokumenter panjang terbaik dalam penganugerahan Festival Film Indonesia (FFI) 2017 di Manado pada 11 November lalu berkat karyanya yang berjudul Bulu Mata.

Menurut Tonny, proses pembuatan film dokumenter secara garis besar bisa dikelompokkan dalam enam tahapan, yaitu:

1.       Menterjemahkan Ide

Sumber ide untuk film dokumenter bisa dari berita, buku bacaan, hasil penelitian, cerita orang, hasil pengamatan lingkungan sosial, dan lain-lain. Ide cerita film bisa sangat umum, subyeknya dapat berubah atau berganti.

Berbeda dengan film fiksi yang adegan dan jalan ceritanya bisa didesain sesuka hati, semua peristiwa dalam film dokumenter adalah nyata,. “Maka itu pembuat film dokumenter harus melakukan riset untuk mencari tokoh yang dapat mewakili ide cerita,” kata Tonny.

2.       Mencoba Riset

Riset bisa dilakukan dalam dua cara, yaitu riset pustaka dan riset visual (lapangan). Dalam riset visual, pembuat film dokumenter akan mengumpulkan data yang sesuai dengan ide cerita, mencari tokoh yang akan menjadi narasumber dalam film, menentukan lokasi shooting dan menghitung lamanya waktu shooting.

3.       Menulis Shooting Script

Dari hasil riset, pembuat film dokumenter punya gambaran konkret tentang karakter dan subyek yang dirangkum dalam sinopsis. Langkah selanjutnya adalah menulis shooting script guna membuat alur cerita untuk menyampaikan pesan dalam film.

4.       Merekam Peristiwa

Buat jadwal shooting dan upayakan menepatinya. “Setia pada jadwal itu prioritas, harus tepat waktu agar tak kehilangan momen,” kata Tonny. Dalam proses merekam, pembuat film dokumenter juga harus membayangkan proses editingnya untuk menata urutan adegan yang sedang direkam.

5.       Pasca-produksi

Meninjau semua materi shooting yang didapat, membuat transkrip wawancara, mengedit script, memotong dan menyusun gambar sesuai dengan informasi-estetik-dramatik, dan menata peristiwa, musik, serta informasi yang harus muncul dominan dalam sepanjang durasi film. “Pasca-produksi adalah fase terakhir yang sangat menantang,” kata Tonny.

6.       Mencari Festival

Pembuat film harus dapat mengukur kualitas dan pencapaian karyanya. Setelah itu baru memilih dan mencari festival, ajang untuk membuka akses. Jika film yang dikirimkan ikut diputar dan dikompetisikan, kurator dan festival film dunia akan mudah mengakses. “Sekarang, tiap tahun ada puluhan festival film dunia yang menyodori saya form aplikasi atau sekadar menanyakan karya film baru saya via email,” kata Tonny.

Tagged
Different Themes
Written by Templateify

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

0 komentar

Recent